wonderfull cha

wonderfull cha
anak shalehah, cerdas dan lembut hati

Senin, 12 Mei 2014

KOnsisten...

huaa....Huaaaa... Icha, menangis dengan keras sambil kakinya memukul lantai. Kata-kata Bunda menenangkannya tidak mengurangi tangisan dan amukannya, bahkan menjadi-jadi.Kini trik icha menambah dengan berguling dilantai. Bunda memandang dengan sedih... gini lho ceritanya... Ica minta beli susu kotak : "Bun..beli susu kotak ya..!" karena yang diminta susu, bunda mengabulkannya. Namun dengan kesepakatan : " Ok sayang, tapi satu aja ya...!" "Iya bunda.." Jawab icha ceria sambil naik diatas motor. Sampai di warung banyak jajanan yang dilihatnya, sempat icha mau goyah memilih snack2 bermsg.Namun bunda mengingatkannya.. : " Mbak icha janjinya susu ya, hanya susu !" Icha pun berjalan ke freezer tempat susu berada, dan mengambil satu kotak susu. Bunda mengingatkan kembali : "Hanya satu susu ya cukup..yuk kita bayar" Tapi icha mulai melirik minuman kemasan yang lain,dan tangan mungilnya meraih di tangan kiri dan susu di tangan kanan. Bunda mengingatkan kembali : "No, mbak icha..maaf hanya susu dan satu saja, minuman itu tidak sehat" "Icha mau juga yang ini..!" Jawab icha sambil cemberut. Bunda tetap menahan dirinya...dah mulai nih..diluar kesepakatan ! "Sayang..tadi janjinya apa? beli susu satu kan? ayo kembalikan minumannya!", bujuk bunda dengan lembut. Tapi icha tetap meletakkan susu dengan minuman kemasan itu di kasir. Akhirnya bunda bernegosiasi dengan bude yang jualan : " bude..yang dibeli susu aja ya, minuman kemasannya tidak tolong disimpan kembali, maaf y bude." Ke Icha bunda memberi penjelasan : " Maaf y sayang, bunda sayang icha tapi tadi kita sudah sepakat untuk beli susu satu. kita harus berhemat kan nak? dan hanya beli minuman yang sehat aja bukan minuman kemasan itu" Icha mulai merajuk : "Ga mauu..icha mau ituuuu" Bunda pun melangkah keluar warung dengan membawa susu. Icha tetap mematung ditempat dan mulai menangis. Bunda memanggil icha : "Yuk sayang..ini susunya sudah kita beli" Tapi icha tidak menyerah untuk mendapatkan minuman kemasan itu...volume tangisannya diperbesar, dan tubuhnya mulai bereaksi. sampai akhirnya guling-guling. so....What next? bunda tetap tenang dan meletakkan belanjaannya di motor. kemudian kembali untuk menjemput icha naik ke atas motor. masih menangis..tapi tidak menolak untuk di gendong. pada pemilik warung bunda meminta maaf, karena icha sudah berisik sekali di warung. BUnda tetap tenang menghadapi icha...di motor icha masih ngambek. Bunda pelan-pelan berbicara pada icha : "Sayang...bunda tahu icha sedih, tapi tadi icha dah berjanji beli susu satu, mbak icha ga bisa memnita yang lain. Kita harus hemat y nak, harus menabung. dll.... Bunda sayang icha karena Allah. kata-kata terakhir menjadi pamungkas kejadian sore itu. Dan memang..slm bbrp menit kemudian icha sudah tenang dan mulai ngbrol seperti biasa..diapun meraih susunya dan meminumnya. Kadang kita sebagai orangtua karena tidak tega, anak nangis dan sebagainya akhirnya memohonkan permintaannya yang harusnya tidak kita berikan. Kita harus Konsisten..anak harus dibiasakan memahami apa yang sudah disepakati. Mengerti mana makanan sehat dan tidak. Dalam hal ini kadang orangtua akan malu kalau anak bereaksi marah dsb. Buat saya justru itu tantangan parentingnya, orang yg paham parenting tentu akan melihat tangisan anak tsb sbg suatu reaksi yg wajar dan mendukung orgtua yg sedang menegakkan kedisiplinan btb anaknya. Tapi seringkali ayahnya membuyarkan tahapan parenting konsistensi ini. Suatu saat icha bawa pulang snack bermsg, permen, dll. jajajan yang kita tidak rekomendasikan. ayahnya memberi penjelasan pada bunda : "tadi icha nangis bun...jd terpaksa ayah belikan, padahal kan tadinya mau beli biskuit / susu" hmm....ini ni yg bikin kacau konsep konsisensinya..akhirnya panjang lebar bunda ceramah ke ayah. "Please konsisten yah..nangis itu cara icha untuk permintaannya dipenuhi. sekali ayah luluskan permintaaanya dg amukan tangisannya, icha akan memahaminya sebagai senjata..besok akan nangis lagi untuk meminta sesuatu" KOnsisten..komitmen...kadang kita orangtua yg berusaha meletakkan dasar yg benar, tp kita sendiri yg merusaknya. harus banyak belajar ilmu parenting ya. para ayah juga..krn sia-sia bunda bsersikap konsisten kalao ayahnya justru berseberangan... Kuncinya,,tetap tenang..tidak emosi y menghadapi ananda...