wonderfull cha

wonderfull cha
anak shalehah, cerdas dan lembut hati

Senin, 12 Mei 2014

KOnsisten...

huaa....Huaaaa... Icha, menangis dengan keras sambil kakinya memukul lantai. Kata-kata Bunda menenangkannya tidak mengurangi tangisan dan amukannya, bahkan menjadi-jadi.Kini trik icha menambah dengan berguling dilantai. Bunda memandang dengan sedih... gini lho ceritanya... Ica minta beli susu kotak : "Bun..beli susu kotak ya..!" karena yang diminta susu, bunda mengabulkannya. Namun dengan kesepakatan : " Ok sayang, tapi satu aja ya...!" "Iya bunda.." Jawab icha ceria sambil naik diatas motor. Sampai di warung banyak jajanan yang dilihatnya, sempat icha mau goyah memilih snack2 bermsg.Namun bunda mengingatkannya.. : " Mbak icha janjinya susu ya, hanya susu !" Icha pun berjalan ke freezer tempat susu berada, dan mengambil satu kotak susu. Bunda mengingatkan kembali : "Hanya satu susu ya cukup..yuk kita bayar" Tapi icha mulai melirik minuman kemasan yang lain,dan tangan mungilnya meraih di tangan kiri dan susu di tangan kanan. Bunda mengingatkan kembali : "No, mbak icha..maaf hanya susu dan satu saja, minuman itu tidak sehat" "Icha mau juga yang ini..!" Jawab icha sambil cemberut. Bunda tetap menahan dirinya...dah mulai nih..diluar kesepakatan ! "Sayang..tadi janjinya apa? beli susu satu kan? ayo kembalikan minumannya!", bujuk bunda dengan lembut. Tapi icha tetap meletakkan susu dengan minuman kemasan itu di kasir. Akhirnya bunda bernegosiasi dengan bude yang jualan : " bude..yang dibeli susu aja ya, minuman kemasannya tidak tolong disimpan kembali, maaf y bude." Ke Icha bunda memberi penjelasan : " Maaf y sayang, bunda sayang icha tapi tadi kita sudah sepakat untuk beli susu satu. kita harus berhemat kan nak? dan hanya beli minuman yang sehat aja bukan minuman kemasan itu" Icha mulai merajuk : "Ga mauu..icha mau ituuuu" Bunda pun melangkah keluar warung dengan membawa susu. Icha tetap mematung ditempat dan mulai menangis. Bunda memanggil icha : "Yuk sayang..ini susunya sudah kita beli" Tapi icha tidak menyerah untuk mendapatkan minuman kemasan itu...volume tangisannya diperbesar, dan tubuhnya mulai bereaksi. sampai akhirnya guling-guling. so....What next? bunda tetap tenang dan meletakkan belanjaannya di motor. kemudian kembali untuk menjemput icha naik ke atas motor. masih menangis..tapi tidak menolak untuk di gendong. pada pemilik warung bunda meminta maaf, karena icha sudah berisik sekali di warung. BUnda tetap tenang menghadapi icha...di motor icha masih ngambek. Bunda pelan-pelan berbicara pada icha : "Sayang...bunda tahu icha sedih, tapi tadi icha dah berjanji beli susu satu, mbak icha ga bisa memnita yang lain. Kita harus hemat y nak, harus menabung. dll.... Bunda sayang icha karena Allah. kata-kata terakhir menjadi pamungkas kejadian sore itu. Dan memang..slm bbrp menit kemudian icha sudah tenang dan mulai ngbrol seperti biasa..diapun meraih susunya dan meminumnya. Kadang kita sebagai orangtua karena tidak tega, anak nangis dan sebagainya akhirnya memohonkan permintaannya yang harusnya tidak kita berikan. Kita harus Konsisten..anak harus dibiasakan memahami apa yang sudah disepakati. Mengerti mana makanan sehat dan tidak. Dalam hal ini kadang orangtua akan malu kalau anak bereaksi marah dsb. Buat saya justru itu tantangan parentingnya, orang yg paham parenting tentu akan melihat tangisan anak tsb sbg suatu reaksi yg wajar dan mendukung orgtua yg sedang menegakkan kedisiplinan btb anaknya. Tapi seringkali ayahnya membuyarkan tahapan parenting konsistensi ini. Suatu saat icha bawa pulang snack bermsg, permen, dll. jajajan yang kita tidak rekomendasikan. ayahnya memberi penjelasan pada bunda : "tadi icha nangis bun...jd terpaksa ayah belikan, padahal kan tadinya mau beli biskuit / susu" hmm....ini ni yg bikin kacau konsep konsisensinya..akhirnya panjang lebar bunda ceramah ke ayah. "Please konsisten yah..nangis itu cara icha untuk permintaannya dipenuhi. sekali ayah luluskan permintaaanya dg amukan tangisannya, icha akan memahaminya sebagai senjata..besok akan nangis lagi untuk meminta sesuatu" KOnsisten..komitmen...kadang kita orangtua yg berusaha meletakkan dasar yg benar, tp kita sendiri yg merusaknya. harus banyak belajar ilmu parenting ya. para ayah juga..krn sia-sia bunda bsersikap konsisten kalao ayahnya justru berseberangan... Kuncinya,,tetap tenang..tidak emosi y menghadapi ananda...

Selasa, 17 Desember 2013

3 tahun 1 bulan icha nya...horeee pup di wc lhoo

Alhamdulillah sicantik n manis mbak cha dah 3 tahun lebih. Akhirnya...yang paling membuat bunda senang, mbak icha hari ini dah suka 'rela' pup buang air besar di kamar mandi. leganya.... soalnya kemarin marin masih susah betul, dicelana terus. dan pake ngumpet...tapi dengan telaten bunda dan ayah kasih tahu.." mbak, pup nya di kamar mandi, di w c ya..asyiiik lho..nant dapat permen mau>????" terpaksa jurus rayuan dikeluarkan, permen n es krim sbagai rewardnya ( krn icha jarang banget dikasih ). Dan tadi tampaknya dia ingat terus...habis pup..icha bilang : " nda...kasih permen ya...nda es krim juga.." gubraaag deeeh.... ternyata janji sama anak kecil itu diingatnya terus ya he he. " amaan naak, besok bunda belikan insya allah, icha ingatkan bunda ya.." upss bunda ga boleh lupa ya, nanti kredibilitasnya gmana?? kepercayaan dan amanahnya akan janji memberikan es krim n permen kalo cha mau pup di wc.

Selasa, 12 November 2013

Surat untuk Putriku

Esok...13 Nov 2013, adalah Miladmu nak. 3 tahun yang lalu, kau bayi mungil dalam dekapan ayah dan bunda. Rasanya baru saja, kami berjibaku menina bobokkanmu, menggendong dan mengayunmu dalam buaian. Sekarang, kau sudah berlari dengan gesit. Bermain dengan riang dengan teman-temanmu. Sibuk bercerita tentang hal-hal yang kau alami di sekolah. Kau adalah amanah yang Allah titipkan pada kami. mampukah kami mendidikmu dengan baik? mengajarkanmu tentang pencipta-Mu. Memberi bekal akhlaq yang mulia. Membangun aspek kecerdasan tidak hanya kognitif tapi emosi dan spiritualmu. Nak,...ayah dan bunda sudah melalui kehidupan ini jauh lebih dahulu darimu. Banyak pelajaran berharga yang kami dapatkan. Pelajaran dari pengalaman dan kesalahan. Kami ingin mendidikmu menjadi anak yang cerdas dan periang, kami ingin kau memiliki kepribadian yang lembut, sopan dan baik hati. Kami ingin kau mencintai agamamu dan bangga menjadi seorang muslimah. Kami ingin kau mengerti dan paham akan posisimu sebagai hamba Allah. Kami ingin ketaatanmu pada Allah melebihi ketaatanmu pada manusia, termasuk kami. Kami ingin kau mencintai Al Qur'an dan siap bermujahadah untuk nmempelajarinya, memahaminya, mengaplikasikannya dan menghafalkannya. Kami ingin melihatmu sebagai anak yang Peduli dan penuh cinta kasih pada sesama. Nak.... betapa banyak keinginan kami atasmu!! kami hanya ingin menuntunmu dalam kehidupan terbaik, hidup dalam cahaya islam dan kasih sayang Allah. Sungguh kami sering terpana dan takjub melihat anak-anak yang mempunyai ketulusan hati dan budi, mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan mencintai kitabullah diusia yang sangat dini. Namun, mampukah kami memberikan atmosfir pendidikan yang mendukung terhadap semua harapan kami atas sosokmu nanti??? Nak... bunda dan ayah akan terus belajar, kita sama-sama belajar. Walau sedikit sekali waktu yang kami miliki untuk khusus mengajarimu. Sehari-hari kau harus rela mendapat akhir waktu dari bunda, setelah bunda bekerja dari pagi-sore, dilanjutkan bunda mengikuti kegiatan halaqah. Magrib kita baru bersua. Namun bunda tahu bahwa kau pun belajar banyak hal dari ibu guru di sekolah paudmu, dari cikgu-cikgu di TPA tempat kami menitipkanmu. Maafkan kami nak...harusnya semua menjadi tanggung jawab kami kedua orangtuamu. Sering bunda berdoa ketika tidak bersamamu, " Ya Allah kutitipkan buah hatiku papa penjagaan-Mu...." Nak... Bunda masih berusaha menyusun kurikulum pendidikanmu selama di rumah bersama bunda. namun, bunda tercenung ketika membaca sebuah artikel tentang orangtua yang mendidik anaknya, begini tulisannya : " Sejak anak-anak kami masih kecil, kami sepakat untuk menyerahkan pendidikan mereka pada Allah saja. Kepala Sekolahnya Allah, wali kelasnya Allah, gurunya Allah, pembimbingnya Allah, penyusun kurikulumnya Allah, pemberi beasiswanya Allah. Bea siswa dan kurikulum mana di dunia ini yang lebih hebat dari beasiswa dan Kurikulum Allah?" Bunda menangis membaca kisah hidup mereka, orangtua yang luar biasa itu mempunyai 5 orang anak, dan kesemuanya adalah penghafal al Qur'an. mereka mengembara ke 3 negara demi mempelajari Al Qur'an untuk anak-anaknya, Damaskus, Suriah dan Mesir. Orangtua itu berhasil menanamkan kecintaan anak-anaknya pada al qur'an. anaknya bercerita bahwa, setiap pagi bada shubuh mereka berkumpul, dan mendengarkan ayahnya mengkaji al Qur'an terkadang waktu 2-3 jam tidak terasa. Subhanallah...mampukah kami menghadirkan suasana itu dirumah kita??? Kadang bunda masih sibuk mencari-cari kurikulum pendidikan terbaik untukmu. Padahal Al Qur'an adalah kurikulum terbaik yang dekat sekali dengan kita. Nak.... Kita akan lebih intens lagi belajar Al Qur'an ya, bunda putuskan untuk sepenuhnya mengikuti kurikulum Al Qur'an dan hadist untuk pendidikan awalmu. Ayah dan Bunda akan terus menghidupkan nuansa Al Qur'an di rumah kita lebih intens lagi. Karena hanya dari keteladanan kami orangtuamu, kau pun akan melihatnya. Bagaimana Al Qur'an itu bisa hidup dalam perilaku kita, dalam kata-kata kita. Nak.... Kami mencintaimu karena Allah, dan cintailah kami serta semua dunia seisinya ini karena Allah. " Sesungguhnya diantara manusia terdapat keluarga Allah swt.'siapa mereka wahai Rasulullah?', tanya para sahabat. Rasulullah menjawab, 'Ahlul Qur'an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang pilihanNya." (HR. Ahmad ) " Tidak boleh iri terhadap dua kenikmatan, iri terhadap orang yang dikarunia Al Qur'an dan ia selalu membacanya sepanjang malam dan siang. Begitu juga iri kepada orang yang dikaruniakan harta, dan ia menginfaqkannya sepanjang malam dan siang. ( HR Bukhari & Muslim ) " Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya." (HR Bukhari ) Nak, semoga Allah berikan ke istiqomahan pada ayah dan bunda. Dan mampu menuntunmu menjadi anak yang mencintai Al Qur'an dan bersemangat dalam mempelajarinya. "Barang siapa yang belajar Al Qur'an dan mengamalkannya, maka pada hari kiamat nanti kedua orangtuanya akan disematkan mahkota yang sinarnya lebih bagus dari sinar matahari. Kedua orangtua itu berkata, 'Mengapa diberi seperti ini?', maka dijawab :" Ini karena engkau berdua telah megajarkan Al Qur'an padanya." (HR Abu Daud Ahmad, dan Al Hakim) Semoga impian dan harapan bunda terwujud ya nak...semuanya kembali pada kesungguhan kami dalam belajar dan memberikan keteladanan kepadamu. "Dan apabila dibacakan Al Qur'an maka dengarkanlah dengan baik-baik dan perhatikan dengan tenang agar kamu mendapat rahmat." ( QA Al A'raf : 204 ) Met milad anakku, semoga Allah merahmatimu selalu.... Siak, 13 nov 2013, 00.16

Senin, 10 September 2012

Perlukah BAYI bersekolah???

MEMANG agak sulit mencari jumlah pasti berapa angka pertumbuhan bisnis taman bermain di Jakarta, apalagi di Indonesia. Meskipun begitu, bila kita agak sedikit menaruh perhatian, secara kasat mata jumlahnya terus bertambah. Kesan ini diperkuat oleh penjelasan Melania Hamdan, Ketua Yayasan Pendidikan Indonesia Amerika yang memiliki taman bermain Tutor Time untuk usia 1-6 tahun di Kemang dan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Tahun ini, tiba-tiba permintaan mendapatkan wara laba taman bermain yang berpusat di Florida, Amerika Serikat, ini meningkat. Lokasi yang baru berdiri tahun ini ada di Bandung, Puri Indah, Pondok Indah, dan akan segera di Pluit, Jakarta Utara. Baru sebulan dibuka, sudah 17 anak mendaftar di Tutor Time Pondok Indah. “Mungkin karena ekonomi booming lagi sehingga yang berminat pada taman bermain seperti ini meningkat. Ini juga karena keinginan orangtua memberikan yang terbaik untuk anaknya,” kata Melania. Sependapat dengan pengamatan Melania adalah Anggani Sudono. Praktisi dan pengamat pendidikan ini mengatakan, munculnya taman-taman bermain dengan pesat belakangan ini karena permintaan masyarakat. Begitu juga dengan taman bermain yang menawarkan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Dra Tjut Rifameutia U Ali-Nafis, MA, psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, melihat semakin banyaknya pasangan muda yang dua-duanya bekerja dan hubungan dengan lingkungan sekitar yang tidak akrab seperti di kota-kota besar, membuat taman bermain menjadi kebutuhan pasangan muda. “Itu peluang bisnis, namun dalam menjalankan bisnis sebaiknya yayasan menjalankannya dengan serius dan benar. Misalnya, bila ingin menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar, gunakan pengajar yang bisa berbicara Inggris dengan benar dan baik. Jika bahasa Inggris hanya sebagai daya tarik dan untuk gaya-gayaan, hal itu justru akan merusak kemampuan berbahasa anak,” jelas Rifameutia. *** SALAH satu daya tarik yang banyak ditawarkan taman bermain saat ini adalah penggunaan bahasa Inggris sebagai pengantar. Alasan orangtua umumnya karena mereka ingin mempersiapkan anaknya sedini mungkin menghadapi masa depan. Masa depan lalu diterjemahkan antara lain dengan sedini mungkin menguasai bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris (baca juga halaman 13). Keinginan itu barangkali tidak berlebihan karena setiap hari kita memang dicekoki berbagai jargon seputar globalisasi: Pasar bebas, AFTA, saluran MTV, film Hollywood, makanan mulai dari steak sampai burger. Bahkan, percakapan sehari-hari pun terasa kurang keren bila tidak menyisipkan bahasa Inggris, tidak peduli apakah pemilihan kalimat atau katanya tepat atau tidak. Karena itu, bukanlah hal aneh bila anak-anak yang dimasukkan ke taman bermain itu tidak selalu berasal dari keluarga yang bisa berbahasa Inggris. Seperti dikatakan Cynthia Moeljono, koordinator sekolah Tutor Time Pondok Indah, ada orangtua yang sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris menyekolahkan anaknya di Tutor Time yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, baik itu keluarga Indonesia maupun warga asing yang bekerja di sini. “Tetapi, tidak apa-apa, karena anak belajar melalui bermain,” kata Cynthia. Anggani Sudono yang mengajar di Jakarta International School di Jakarta Selatan dari tahun 1964-1990 mengatakan, memang ada hasil penelitian yang menyebutkan makin dini anak diperkenalkan dengan bahasa semakin cepat anak menguasai. Akan tetapi, secara prinsip ia lebih memilih anak menguasai bahasa ibunya dengan baik sebelum diperkenalkan pada bahasa lain. Anggani berpendapat, hal itu penting supaya anak tidak mengalami “kebingungan bahasa” yang akan terbawa sampai besar karena tiap bahasa memiliki logikanya sendiri. Bila memang orangtua memutuskan memasukkan anaknya sejak dini di taman bermain yang menggunakan pengantar bahasa Inggris, sekolah maupun orangtua harus konsisten menggunakan kedua bahasa itu. “Jangan dicampur-campur, misalnya dengan bilang ‘Ini red book,’” jelas Anggani. Logika berbahasa ini bisa mempengaruhi anak sampai ke usia lebih lanjut, artinya mungkin saja anak bisa mengucapkan kata-kata bahasa Inggris dengan baik dan tampak mampu menyusun kalimat berbahasa Inggris, tetapi logika berbahasanya tidak mengikuti logika bahasa Inggris. Hal yang sama juga bisa terjadi pada bahasa Indonesianya. Padahal, seseorang dinilai dari kemampuannya berkomunikasi. Menurut Anggani, bila sekolah sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris, maka orangtua di rumah harus aktif membantu anaknya. Misalnya, menentukan satu waktu tertentu dalam sehari sebagai saat berbahasa Inggris dan anak menyadari saat itu ia sedang berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Orangtua juga bisa membantu membacakan buku cerita berbahasa Inggris. “Tetapi, saat tiba berbahasa Indonesia, berkomunikasilah dengan bahasa Indonesia yang benar dan anak tahu bahwa dia sedang berkomunikasi dalam bahasa Indonesia,” tambah Anggani yang juga menjadi anggota Badan Pembina Akademik Perguruan Islam Al Izhar di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Sedangkan Rifameutia mengatakan, anak memang memiliki potensi belajar bahasa yang luar biasa, bahkan mampu menguasai tiga bahasa sekaligus. Namun, syaratnya saat mengenalkan sebuah bahasa, harus konsisten menggunakan bahasa itu setiap berkomunikasi dengan anak. “Pemakaian bahasa itu pun harus benar,” tambah Rifameutia. Selain itu, jangan menekankan sisi kognitif. “Misalnya, ‘Merah itu bahasa Inggrisnya red.’ Itu salah sama sekali.” *** SEBENARNYA ada hal-hal lain yang lebih penting yang harus diperhatikan orangtua ketika memilih taman bermain, yaitu mencocokkan antara tujuan orangtua memasukkan anak ke taman bermain dan fasilitas yang disediakan taman bermain bersangkutan. “Seberapa mendesak anak dimasukkan ke taman bermain dan pada usia berapa, sangat tergantung dari orangtua. Jika orangtua merasa tidak bisa memberikan stimulus (rangsangan) untuk perkembangan anaknya, dia bisa memasukkan anaknya ke taman bermain. Namun, jika orangtua mampu memberikan sendiri stimulus itu, maka tidak terlalu mendesak memasukkan anak ke taman bermain. Anak yang diasuh sendiri oleh orangtuanya bisa berkembang sama baiknya dengan anak yang dimasukkan ke taman bermain,” kata Rifameutia. Kelebihan anak yang dimasukkan ke taman bermain sejak dini adalah kemampuan bersosialisasi yang lebih cepat dibandingkan anak yang diberi stimulus hanya oleh orangtuanya di rumah saja. “Namun, bukan berarti anak yang dipegang sendiri oleh orangtuanya tidak bisa mengejar kemampuan itu. Hanya pada awalnya saja anak lulusan taman bermain lebih cepat bersosialisasi,” tambah Rifameutia. Di tengah belantara tawaran dan iklan taman bermain, orangtua perlu hati-hati memilih. Jangan hanya melihat bentuk fisik bangunan dan fasilitas, tetapi yang lebih penting bagaimana para “guru” di taman bermain “mengajar” anak-anak balita itu. Kelompok bermain yang baik menurut Anggani adalah yang memberikan program sesuai kebutuhan anak. Pada taman bermain penekanannya adalah pembiasaan kegiatan sehari-hari misalnya berlatih menggunakan toilet, duduk pada saat makan, mencuci tangan sebelum makan, dan berbagai pembiasaan lain. “Pada usia 2-3 tahun, fasilitator tidak menuntut anak-anak agar bisa ini-itu. Yang penting dia bisa dekat dengan anak sehingga anak merasa aman, lalu misalnya anak-anak bisa bilang ketika ingin kencing,” tutur Anggani. Beberapa syarat yang harus dipenuhi taman bermain seperti yang muncul dalam pertemuan World Forum on Early Childhood Education di Selandia Baru yang diikuti Anggani baru-baru ini antara lain taman bermain harus menjamin peningkatan kesehatan dan keamanan anak. Pelayanan diberikan dalam kelompok kecil dengan rasio ideal satu fasilitator untuk lima anak. Tugas utama taman bermain adalah pengasuhan dan pendidikan yang harus dilakukan konsisten. “Artinya, tidak bisa sekarang fasilitator mengatakan sebelum makan harus cuci tangan, lain kali tidak apa-apa bila anak tidak cuci tangan,” tambah Anggani. Yang perlu diperhatikan juga adalah pengasuhan harus sesuai kebutuhan anak, misalnya disesuaikan dengan umur anak. Memberi pelatihan linguistik dan kebudayaan yang berkesinambungan, yaitu menggunakan bahasa yang benar, mengucapkan terima kasih bila menerima sesuatu. “Jangan gunakan ‘bahasa bayi’,” tambah Anggani. Kebutuhan individual anak mendapat perhatian dalam konteks taman. Lingkungan pun harus menyenangkan dan dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak. “Jadi misalnya, bila salah satu pembiasaan yang diberikan adalah latihan ke toilet, maka kamar mandi harus bersih dan terang sehingga tidak menakutkan anak. Bak cuci tangan, misalnya, harus sesuai dengan tinggi tubuh anak,” tambah Anggani. “Yang juga harus dituntut orangtua pada taman bermain adalah laporan kemajuan individual.” Sedangkan menurut Rifameutia, taman bermain yang baik adalah yang selalu memberikan laporan untuk segala kegiatannya. Misalnya, mereka mengenalkan bentuk bulat, maka mereka akan memberikan laporan apa saja yang mereka lakukan untuk mengenalkan anak pada bulatan. “Laporan ini tidak saja yang sifatnya berkala, tetapi di setiap kegiatan. Dengan begitu orangtua bisa memantau kurikulum yang mereka jalankan. Ini penting sekali mengingat taman bermain tidak di bawah pengawasan pemerintah,” jelas Rifameutia. Menurut Direktur Pendidikan Dini Usia (Padu) Ditjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Depdiknas Gautama, izin penyelenggaraan taman bermain ada di Departemen Sosial. Tentang banyaknya taman bermain yang menetapkan biaya sangat mahal untuk ukuran rata-rata orang Indonesia, Gautama mengakui hal itu memang ada. Menurut pantauannya, hal itu karena alat peraga biasanya dibeli dari luar negeri. Belum lagi ada layanan gizi, kesehatan, tempat bermain dan alat bermain yang lengkap. “Tetapi, sebenarnya yang tidak mahal juga ada. Contohnya di Jawa Tengah, ada Padu yang biaya pendidikannya murah karena hampir semua alat sarananya dibuat sendiri oleh pengelolanya,” jelas Gautama. Akhirnya semua kembali kepada orangtua-karena para balita itu belum bisa memilih-mau sekadar gaya, ikut-ikutan trend, atau memang mencari taman bermain yang memang cocok dengan kebutuhan anak. (ARN/TRI/NMP)Kompas. Share this: http://babyorchestra.wordpress.com/2011/08/17/perlukah-bayi-bersekolah/

anak usia BATITA perlukah pre school??

Akhir-akhir ini menyekolahkan anak di sekolah taman bermain atau play group atau Pre-School memang sedang menjadi trend. Selain itu para orangtua ingin lebih cepat mengetahui minat dan bakat anak sejak usia dini melalui pre-school mskipun sekolah itu bisa kita ciptakan sendiri di rumah. Bunda romi sapaan akrab Psikolog terkenal Dr Rose Mini mengatakan, hal itu bisa dilakukan jika orangtua terus kreatif mencari informasi seputar apa saja yang diajarkan atau diberikan pada anak dalam Pre-School. Sebab, memasukkan anak ke Pre-School justru bisa jadi membuat anak Anda jenuh. Oleh karenanya jika memang benar-benar terpaksa si kecil harus dimasukkan ke pre-school berikut tips yang harus diperhatikan para orangtua. 1. Cari sekolah yang sesuai untuk anak 2. Pilih sekolah (pre-school) yang dapat mengoptimalkan kemampuan anak 3. Jangan memaksakan anak untuk belajar. Namun, cobalah untuk mencari berbagai permainan yang dapat membantu mengembangkan kemampuan anak, dan sesuikan dengan gaya berpikir anak 4. Jalin komunikasi dengan pihak sekolah/guru untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah. Bunda Romi berpesan jika orangtua telah menemukan sekoah yang tepat perlu diingat bahwa tanggung jawab sepenuhnya tetap berada di tangan orangtua. Bukan berarti orangtua lepas tangan setelah anak disekolahkan di Pre-School. Namun jika memang sang ibu memiliki waktu yang cukup luang, Bunda romi menyarankan sebaiknya Pre-School diciptakan di rumah, sehingga pengawasan dan perkembangan anak bisa dipantau langsung oleh sang ibu. “Kalau Pre-School bisa disediakan di rumah, untuk apa mencari di luar. Karena lebih baik dibuat sekolah sendiri di rumah. Karena bahayanya, terkadang orangtua jadi lepas tanan jika anak disekolahkan di luar. Padahal pada dasarnya setiap anak cerdas, sehingga bisa dilatih di rumah,” katanya. Wanita berambut pendek ini pun menyarankan, jika ibu ingin mendidik anaknya di rumah tak perlu repot menyiapkan berbagai alat peraga yang akan dijadikan stimulan untuk anak mengenal atau mengetahui sesuatu.Karena apapun yang ada di rumah bisa digunakan untuk menstimulasi anak. “Kita bisa menggunakan gelas, untuk mengajari anak tentang bunyi-bunyian suatu nada, jadi tak perlu biaya besar untuk membeli alat peraga dalam mendidik anak,”katanya menerangkan. Selain itu, story telling atau bercerita tidak hanya dengan kata-kata melainkan dengan gerak tubuh ternyata bisa lebih cepat diserap oleh anak ketimbang hanya dengan kata-kata tanpa ekspresi. “Membacakan buku cerita pada anak dengan ekspresi suara tiruan dan gerak tubuh yang lucu, bisa jadi membuat anak Anda tertarik mempelajari sesuatu dari buku cerita,” katanya. Jadi, cara mana yang Anda pilih untuk mengetahui minat dan bakat anak di usia dini?

Membiasakan anak minum dari gelas

Memberi minum bayi dengan menggunakan botol dan dot memang praktis. Bentuk dot yang menyerupai puting sang ibu membuat bayi merasa lebih familier, layaknya sedang menyedot ASI. Risiko air tumpah pun lebih minim sehingga Bunda tak perlu repot-repot mengelapnya. Namun, sebaiknya cara ini hanya diterapkan pada bulan-bulan awal. Memasuki usia 6 bulan, Bunda bisa mulai membiasakan anak minum dengan gelas. Pasalnya, menurut para ahli, pengisapan dot yang terlalu sering akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bentuk gigi si kecil—terutama gigi atas yang akan terdorong sedikit lebih maju. Selain itu, jika botol digunakan sebagai pengantar tidur, asupan kalori untuknya pun akan lebih banyak dari normal dan bisa menjadi pencetus obesitas. Inilah mengapa pentingnya membiasakan anak minum dengan gelas. Caranya bisa setahap demi setahap agar anak tidak terlalu kaget. Bunda bisa mulai dengan membiasakan anak minum dengan gelas bergagang yang dilengkapi corong untuk meminimalisir air yang tumpah. Namun, fase ini juga jangan dijalankan terlalu lama karena balita punya kecenderungan untuk menggigit-gigit corong tersebut sehingga akan merusak pertumbuhan giginya. Menggunakan gelas yang dilengkapi sedotan spiral warna-warni juga bisa jadi pilihan. Kemudian, ketika ia sudah terbiasa menggenggam gelas, Bunda bisa beralih dengan membiasakan anak minum dengan gelas yang dilengkapi celah untuk minum di tepiannya, yang bisa dibuka-tutup—semacam gelas untuk minum kopi atau teh hangat. Setelah itu, barulah Bunda bisa mulai membiasakan anak minum dengan gelas biasa. Terus dampingi dia agar Bunda bisa lebih sigap ketika ia menumpahkan air di dalam gelas tersebut. Proses pembelajaran ini tak hanya membutuhkan keterampilan si kecil, tapi juga kesabaran Bunda. Jika ia rewel dan menumpahkan minumannya, Bunda jangan lekas putus asa dan memberikannya botol lagi. Terus semangati dia untuk membiasakan diri minum dengan gelas, tanamkan dalam dirinya bahwa itu merupakan proses pertumbuhan sehingga ia akan termotivasi untuk membuktikan bahwa dirinya sudah mulai tumbuh besar.

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Meskipun pemerintah mencanangkan wajib belajar 9 tahun yang baru dimulai pada usia SD (6 tahun), sebenarnya masa-masa sebelum itu (usia baru lahir hingga 6 tahun) merupakan masa emas dalam pertumbuhan anak. Perkembangan otak mereka bahkan dikatakan dapat mencapai 80% pada masa ini. Karena itu, pentingnya pendidikan anak usia dini perlu Bunda sadari agar Bunda dapat memanfaatkan masa emas dalam pertumbuhan si kecil. Pendidikan anak usia dini terutama menekankan pada kemampuan anak untuk membangun hubungan emosional yang terdiri atas tiga pilar utama. Hubungan dengan sesama (interpersonal), hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), serta hubungan dengan Tuhan (transendental). Segitiga tersebut akan membentuk karakter anak yang tercermin dari cara ia berperilaku dan berpikir hingga dewasa kelak. Selain itu, pendidikan anak usia dini juga meliputi tahap perkembangan fisik, yaitu pelatihan koordinasi motorik kasar maupun halus; serta pengasahan kecerdasan, seperti daya pikir dan kreativitas. Dengan pendidikan usia dini, anak-anak juga akan belajar mengembangkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. Begitu pentingnya pendidikan anak usia dini, kini semakin banyak negara di berbagai belahan dunia yang menerapkannya demi melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun, bukan berarti Bunda harus mendaftarkan si kecil di sekolah yang mahal. Pendidikan dini juga bisa Bunda terapkan di rumah, asalkan Bunda memiliki waktu yang cukup dan giat mencari berbagai alternatif cara untuk menerapkan pendidikan dini bagi sang buah hati. Langkah terpenting dalam membimbing si kecil adalah dengan mengenali potensinya terlebih dulu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Howard Gardner, setiap anak memiliki banyak bentuk kecerdasan dengan porsi yang berbeda-beda. Kecerdasan ini terdiri atas delapan jenis utama, yaitu musik, kinestetik, matematik, linguistik, spasial, natural, interpersonal, dan intrapersonal. Setelah Bunda mengenali bidang mana yang sekiranya paling dikuasai anak, Bunda pun akan bisa membantu mengoptimalkannya.